Seit 18. August 2010 musst du angemeldet sein, um Seiten in Rodovid (außer der Rodovid Engine) zu bearbeiten.

Dschaʿfar as-Sādiq b. 20 April 702 d. 4 Dezember 765

Aus Rodovid DE

Person:70246
Wechseln zu: Navigation, Suche
Sippe (bei der Geburt) Husaini
Geschlecht männlich
Gesamter Name (bei der Geburt) Dschaʿfar as-Sādiq
Andere Namen Dschaʿfar as-Sādiq
Eltern

Muhammad al-Bāqir [Husaini] b. 676 d. 743

Furwah ? (Aal Abu Bakar) [As-Siddiq]

Wiki-page wikipedia:de:Dschaʿfar as-Sādiq
[1][2][3][4][5][6][7][8]

Ereignisse

20 April 702 Geburt: Medina

Geburt eines Kindes: w Ali Al-’Uraidhi (Ali Uradhi) [Al Husaini]

Geburt eines Kindes: 3. Muhammad Al-Dibaj [Al Husaini] d. 818

Geburt eines Kindes: 5. Ishaq Al-Mu'tamin [Al Husaini]

Geburt eines Kindes: w Abdullah al-Aftah ibn Ja'far al-Sadiq [Bani Hashem] d. 766

~ 720 Geburt eines Kindes: Medina, Saudi-Arabien, w Ismāʿīl ibn Dschaʿfar [Gafar] b. ~ 720 d. ~ 775

von 743 Titel : Shi'a Imam, 6th

10 November 745 Geburt eines Kindes: Al-Abwa', Kalifat der Umayyaden, w 2. Musa ibn Ja‘far al-Kadhim [Husaini] b. 10 November 745 d. 4 September 799

4 Dezember 765 Tod:

29 Dezember 765 Geburt eines Kindes: Medina, 4. Ali Al-’Uraidhi (Al Husaini) / Ali bin Ja'far [Husaini] b. 29 Dezember 765 d. 26 Mai 818

Anmerkungen

6ième Imam Chiite duodecimain

Hilal Achmar Lineage Study

Imam Ja'far Ash-Shodiq

Imam Ja’far Ash-Shodiq a.s. adalab anak dari Imam Muhammad al-Baqir bin As Sajjad bin Imam Husein As-Syahid bi karbala, shalawatullah wasalamuhu alaihim aj-main.Beliau dilahirkan di Madinah al-Munawwarah, di masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, Dinasti Umayyah.

Kehidupannya sarat dengan keilmuan dan ketaatan kepadaTuhan, sebab sejak kecilnya hingga selama sembilan belas tahun, beliau bernaung di bawah asuhan dan didikan ayahnya, Imam Muhammad al-Baqir.

Setelah kepergian ayahnya yang syahid, maka sejak tahun 114 H beliau menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin spiritual yang juga marji’ dalam segala bidang ilmu atas pilihan Allah dan Rasul-Nya. Situasi politik di zaman Ja’far As-Shadiq a.s. sangat menguntungkan beliau.

Sebab di saat itu terjadi pergolakan politik di antara dua kelompok yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiah yang saling berebut kekuasaan. Dalam situasi politik yang labil inilah Imam Ja’far As-Shadiq a.s. mampu menyebarkan dakwah Islam dengan lebih leluasa.

Dakwah yang dilakukan beliau meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan murid beliau berjumlah empat ribu orang, yang terdiri dari para ulama, para ahli hukum dan bidang lainnya seperti, Jabir bin Hayyan At-Thusi, seorang ahli matematika, Hisyam bin al-Hakam, Mu’min Thaq seorang ulama yang disegani, serta berbagai ulama sunni seperti Sofyan ats-Tsauri, Abu Hanifah (pendiri mazbab hanafi) al-Qodi As-Sukuni dan lain-lain.

Seperti yang digambarkan di atas bahwa di zaman Imam Ja’far terjadi pergolakan politik. Rakyat sudah jenuh berada di bawah kekuasaan Bani Umayyah dan muak melihat kekejaman dan penindasan yang dilakukan mereka selama ini. Situasi yang kacau dan pemerintahan yang mulai goyah dimanfaatkan oleb golongan Abbasiah yang juga berambisi kepada kekuasaan. Kemudian mereka berkampanye dengan berkedok sebagai “para penuntut batas dan bani Hasyim”.

Bani Umayyah akhirnya tumbang dan Bani Abbas mulai membuka kedoknya serta merebut kekuasaan dan Bani Umayyah. Kejatuhan Bani Umayyah serta munculnya Bani Abbasiah membawa babak baru dalam sejarah. Selang beberapa waktu ternyata Bani Abbas memusuhi Ahlu Bait dan membunuh pengikutnya. Imam Ja’far juga tidak luput dari sasaran pembunuban.

Pada 25 Syawal 148 H, al-Manshur membuat Imam Syahid dengan meracunnya. “Imam Ja’far ibn Muhammad, putra Imam kelima, lahir pada tahun 83 H/702 M. Dia wafat pada tahun 148 H/757 M, dan menurut riwayat kalangan Syiah diracun dan dibunuh karena intrik al-Manshur, khalifah Dinasti Abbasiyah. Setelah ayahnya wafat dia menjadi Imam keenam atas titah ilahi dan fatwa para pendahulunya ( Thabathaba’i dalam “Islam Syiah (Asal-Usul dan Perkembanganny hal 233-234-235).

Selama masa keimaman Imam ke-6 terdapat kesempatan yang lebih besar dan iklim yang menguntungkan baginya untuk mengembangkan ajaran-ajaran agama. Ini dimungkinkan akibat pergolakan di berbagai negeri Islam, terutama bangkit-nya kaum Muswaddah untuk menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, dan perang berdarah yang akhirnya membawa kerutuhan dan kemusnahan Dinasti Umayyah.

Kesempatan yang lebih besar bagi ajaran kaum Syiah juga merupakan hasil dari landasan yang menguntungkan, yang diciptakan Imam ke-5 selama 20 tahun masa keimamannya melalui pengembangan ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Ahlu Bait.

Imam telah memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai pengetahuan keagamaan sampai saat terakhir dari keimamannya yang bersamaan dengan akhir Dinasti Umayyah dan awal dari kekhalifahan Dinasti Abbasiyah.

Dia mendidik banyak sarjana dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan aqliah (intelektual) dan naqliah (agama) seperti Zararah, Muhammad ibn Muslim, Mukmin Thaq, Hisyam ibn Hakam, Aban ibn Taghlib, Hisyam ibn Salim, Huraiz, Hisyam Kaibi Nassabah, dan Jabir ibn Hayyan, ahli kimia. Bahkan beberapa sarjana terkermuka Sunni seperti Sofyan Tsauri, Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi, Qadhi Sukuni, Qodhi Abu Bakhtari dan lain-lain, beroleh kehormatan menjadi murid-muridnya. Disebutkan bahwa kelas-kelas dan majelis-majelis pengajaranya menghasilkan empat ribu sarjana hadis dan ilmu pengetahuan lain. Jumlah hadis yang terkumpul dari Imam ke-5 dan ke-6, lebih banyak dari seluruh hadis yang pernah dicatat dari Imam lainnya.

Tetapi menjelang akhir hayatnya, Imam menjadi sasaran pembatasan-pembatasan yang dibuat atas dirinya oleh al-Manshur, khalifah Disnati Abbasiyah, yang memerintahkan penyiksaan dan pembunuhan yang kejam terhadap keturunan nabi, yang merupakan kaum Syiah, hingga tindakan-tindakannya bahkan melampaui kekejaman kaum Umayyah.

Atas perintahnya mereka ditangkap dalam kelompok-kelompok, beberapa dan mereka dibuang dalam penjara yang gelap dan disiksa sampai mati, sedangkan yang lain dipancung atau dikubur hidup-hidup atau ditempatkan di bawah atau di antara dinding-dinding yang dibangun di atas mereka. Hisyam, khalifah Dinasti Umayyah, telah memerintahkan untuk menangkap Imam ke-6 dan dibawa ke Damaskus. Belakangan, Imam ditangkap oleh Saffah, khalifah Dinasti Abbasiyah dan dibawa ke Iraq. Akhirnya Al Manshur menangkapnya lagi dan dibawa ke Samarah untuk diawasi dan dengan segala cara mereka melakukan tindakan lalim dan kurang hormat dan berkali-kali merencanakan untuk membunuhnya.

Kemudian Imam diizinkan kembali ke Madinah, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya dalam persembunyian, sampai dia diracun dan dibunuh melalui upaya rahasia al-Manshur.

Mendengar berita tewasnya Imam ke-6, Manshur menulis surat kepada gubenur Madinah, memerintahkan untuk pergi ke rumah Imam dengan dalih menyatakan belasungkawa kepada keluarganya, meminta pesan-pesan Imam dan wasiatnya serta membacanya.

Siapapun yang dipilih oleh Imam sebagai pewaris dan penerus harus dipenggal kepalanya seketika. Tentunya tujuan Manshur adalah untuk mengakhiri seluruh masalah keimaman dan aspirasi kaum Syiah.

Ketika gubenur Madinah, melaksanakan perintah tersebut, membacakan pesan terakhir dan wasiatnya, dia mengetahui bahwa Imam telah memilih empat orang dan bukan satu orang, untuk melaksanakan amanat dan wasiatnya yang terakhir, yakni khalifah sendiri, gubenur Madinah, Abdullah Aftah, putra Imam yang sulung, dan Musa, putranya yang bungsu. Dengan demikian rencana al-Manshur menjadi gagal”.

Meskipun Imam Ja’far telah syahid, namun peninggalannya, khususnya dalam bidang ilmu, telah membawa babak baru dalam perkembangan kebudayaan islam. http://www.aincenter.com/index.php?option=com_content&view=article&id=194:imam-jafar-bin-ash-shodiq&catid=78:tokoh-dan-peristiwa&Itemid=57

Fatimah Az-Zahro'

|

Sayedina Hussein

|

Ali Zainal Abidin

|

Muhammad Al-Baqir

|

Ja'far As-Shodiq



Beliau adalah Al-Imam Ja'far bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (semoga Allah meridhoi mereka semua). Beliau terkenal dengan julukan Ash-Shodiq (orang yang jujur). Beliau biasa dipanggil dengan panggilan Abu Abdullah dan juga dengan panggilan Abu Ismail. Ibu beliau adalah Farwah bintu Qasim bin Muhammad bin Abubakar Ash-Shiddiq. Sedangkan ibu dari Farwah adalah Asma bintu Abdurrahman bin Abubakar Ash-Shiddiq. Oleh karena itu, beliau (Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq) pernah berkata, "Abubakar (Ash-Shiddiq) telah melahirkanku dua kali."

Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq dilahirkan di kota Madinah pada hari Senin, malam ke 13 dari Rabi'ul Awal, tahun 80 H (ada yang menyebutkan tahun 83 H). Banyak para imam besar (semoga Allah meridhoi mereka) yang mengambil ilmu dari beliau, diantaranya Yahya bin Sa'id, Ibnu Juraid, Imam Malik, Sufyan Ats-Tsauri, Sufyan bin 'Uyainah, Abu Hanifah, Su'bah dan Ayyub. Banyak ilmu dan pengetahuan yang diturunkan dari beliau, sehingga nama beliau tersohor luas seantero negeri. Umar bin Miqdam berkata, "Jika aku melihat kepada Ja'far bin Muhammad, aku yakin bahwa beliau adalah keturunan nabi."

Sebagian dari mutiara kalam beliau (Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq) adalah :

"Tiada bekal yang lebih utama daripada takwa. Tiada sesuatu yang lebih baik daripada diam. Tiada musuh yang lebih berbahaya daripada kebodohan. Tiada penyakit yang lebih parah daripada berbohong."

"Jika engkau mendengar suatu kalimat dari seorang muslim, maka bawalah kalimat itu pada sebaik-baiknya tempat yang engkau temui. Jika engkau tak mampu untuk mendapatkan wadah tempat kalimat tersebut, maka celalah dirimu sendiri."

"Jika engkau berbuat dosa, maka memohon ampunlah, karena sesungguhnya dosa-dosa itu telah dibebankan di leher-leher manusia sebelum ia diciptakan. Dan sesungguhnya kebinasaan yang dahsyat itu adalah terletak pada melakukan dosa secara terus-menerus."

"Barangsiapa yang rizkinya lambat, maka perbanyaklah istighfar. Barangsiapa yang dibuat kagum oleh sesuatu dan menginginkannya demikian terus, maka perbanyaklah ucapan maa syaa-allah laa quwwata illa billah."

"Allah telah memerintahkan kepada dunia, 'Berkhidmatlah kepada orang yang berkhidmat kepadaku, dan buatlah payah orang yang berkhidmat kepadamu.' "

"Fugaha itu orang yang memegang amanah para rasul, selama tidak masuk ke dalam pintu-pintu penguasa."

"Jika engkau menjumpai sesuatu yang tidak engkau sukai dari perbuatan saudaramu, maka carilah satu, atau bahkan sampai tujuh puluh alasan, untuk membenarkan perbuatan saudaramu itu. Jika engkau masih belum mendapatkannya, maka katakanlah, 'Semoga ia mempunyai alasan tertentu (kenapa berbuat demikian) yang aku tidak mengetahuinya.' "

"Empat hal yang tidak seharusnya bagi seorang yang mulia untuk memandang rendah : bangunnya dia dari tempat duduknya untuk menemui ayahnya, berkhidmatnya dia kepada tamunya, bangunnya dia dari atas binatang tunggangannya, dan berkhidmatnya dia kepada seorang yang menuntut ilmu kepadanya."

"Tidaklah kebaikan itu sempurna kecuali dengan tiga hal : menganggapnya rendah (tidak berarti apa-apa), menutupinya dan mempercepatnya. Sesungguhnya jika engkau merendahkannya, ia akan menjadi agung. Jika engkau menutupinya, engkau telah menyempurnakannya. Jika engkau mempercepatnya, engkau akan dibahagiakannya."

Dari sebagian wasiat-wasiat beliau kepada putranya, Musa :

"Wahai putraku, barangsiapa yang menerima dengan ikhlas apa-apa yang telah dibagikan oleh Allah daripada rizki, maka ia akan merasa berkecukupan. Barangsiapa yang membentangkan matanya untuk melihat apa-apa yang ada di tangannya selainnya, maka ia akan mati miskin. Barangsiapa yang tidak rela dengan apa-apa yang telah dibagikan oleh Allah daripada rizki, maka berarti ia telah menuduh Allah di dalam qadha'-Nya."

"Barangsiapa yang memandang rendah kesalahannya sendiri, maka ia akan membesar-besarkan kesalahan orang lain. Barangsiapa yang memandang kecil kesalahan orang lain, maka ia akan memandang besar kesalahannya sendiri."

"Wahai anakku, barangsiapa yang membuka kesalahan orang lain, maka akan dibukakanlah kesalahan-kesalahan keturunannya. Barangsiapa yang menghunuskan pedang kezaliman, maka ia akan terbunuh dengannya. Barangsiapa yang menggali sumur agar saudaranya masuk ke dalamnya, maka ia sendirilah yang nanti akan jatuh ke dalamnya."

"Barangsiapa yang masuk ke dalam tempat-tempat orang-orang bodoh, maka ia akan dipandang rendah. Barangsiapa yang bergaul dengan ulama, ia akan dipandang mulia. Barangsiapa yang masuk ke dalam tempat-tempat kejelekan, maka ia akan dituduh melakukan kejelekan itu."

"Wahai putraku, janganlah engkau masuk di dalam sesuatu yang tidak membawa manfaat apa-apa kepadamu, supaya engkau tidak menjadi hina."

"Wahai putraku, katakanlah yang benar, walaupun berdampak baik kepadamu ataupun berdampak buruk."

"Wahai putraku, jadikan dirimu memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, menyambung tali silaturrahmi kepada seorang yang memutuskan hubungan denganmu, menyapa kepada seorang yang bersikap diam kepadamu, dan memberi kepada seorang yang meminta darimu. Jauhilah daripada perbuatan mengadu domba, karena hal itu akan menanamkan kedengkian di hati manusia. Jauhilah daripada perbuatan membuka aib-aib manusia."

"Wahai putraku, jika engkau berkunjung, maka kunjungilah orang-orang yang baik, dan janganlah mengunjungi orang-orang pendusta."

Beliau (Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq) meninggal di kota Madinah pada malam Senin, pertengahan bulan Rajab, tahun 148 H dan disemayamkan di pekuburan Baqi' di dalam qubah Al-Abbas, dekat dengan makam ayahnya, kakeknya dan paman kakeknya Hasan bin Ali. Beliau meninggalkan lima orang putra, yaitu Muhammad, Ismail, Abdullah, Musa dan Ali Al-'Uraidhi (kakek daripada keluarga Ba'alawy).

Radhiyallohu anhu wa ardhah...

[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba'alawy] http://alhaddads77.multiply.com/journal/item/16/_Kisah_Al-Imam_Jaafar_As-Shodiq Foto Makam Baqi Lama tempat dimakamkan Ja'far Ash Shodiq (http://majlismajlas.blogspot.com/2008/12/al-imam-muhammad-bin-ali-zainal-abidin.html)

[bearbeiten] Quellen

  1. http://baalawi.com/articles/biographies/205-al-imam-jafar-bin-muhammad-al-baqir-bin-ali-zainal-abidin.html -
  2. http://www.scribd.com/doc/902105/Tokoh-Muslim-Jafar-As-Shodiq -
  3. http://www.aincenter.com/index.php?option=com_content&view=article&id=194:imam-jafar-bin-ash-shodiq&catid=78:tokoh-dan-peristiwa&Itemid=57 -
  4. http://alhaddads77.multiply.com/journal/item/16/_Kisah_Al-Imam_Jaafar_As-Shodiq -
  5. http://mustofabsa.wordpress.com/2010/03/21/al-imam-jafar-ash-shodiq/ -
  6. http://majlismajlas.blogspot.com/2008/12/al-imam-muhammad-bin-ali-zainal-abidin.html -
  7. http://id.wikipedia.org/wiki/Ja%27far_ash-Shadiq -
  8. http://freepages.family.rootsweb.ancestry.com/~naqobatulasyrof/main/des/d6.htm#g6 -

Von Großeltern zu Enkelkinder

Großeltern
ʿAlī ibn Husain Zain al-ʿĀbidīn
Geburt: 6 Januar 659
Tod: 20 Oktober 712
Qasim ibn Hasan
Geburt: 2 Oktober 667, Medina, Arabia
Geburt: 10 Oktober 680, Karbala, Iraq
Hasan bin Hasan ? (Hasan al-Muthanna)
Geburt: 661, Medina
Tod: 715, Medina
Großeltern
Eltern
Muhammad al-Bāqir
Geburt: 676
Beruf : Imam Ke 5
Tod: 743
Eltern
 
== 3 ==
Dschaʿfar as-Sādiq
Geburt: 20 April 702, Medina
Titel : von 743, Shi'a Imam, 6th
Tod: 4 Dezember 765
== 3 ==
Kinder
Ismāʿīl ibn Dschaʿfar
Geburt: ~ 720, Medina, Saudi-Arabien
Titel : von, Nizari Imam, 6th
Titel : von, Tayibi Imam, 7th
Tod: ~ 775, Al-Salamiyah, Syria
2. Musa ibn Ja‘far al-Kadhim
Geburt: 10 November 745, Al-Abwa', Kalifat der Umayyaden
Titel : von 765, Shi'a Imam, 7th
Tod: 4 September 799, Bagdad, Abbasiden-Kalifat
4. Ali Al-’Uraidhi (Al Husaini) / Ali bin Ja'far
Geburt: 29 Dezember 765, Medina
Tod: 26 Mai 818, Tūs, Iran
3. Muhammad Al-Dibaj
Tod: 818, Mecca, 203 A.H. / 818 C.E
Kinder
Enkelkinder
Muhammad An-Naqib
Tod: 334, Basra, Iraq
Mohammad Ibn Ismail
Geburt: 740, Médine
Tod: 813, Salamyeh
Алі ібн Муса ар-Ріда Хусейні
Geburt: 11 Januar 766, Medina
Hochzeit: Subeika Khayzarun
Tod: 5 September 818
Muhammad An-Naqib
Tod: 243, di Bashrah
Enkelkinder
Sippe:

Persönliche Werkzeuge